Sumber Gambar : Shutterstock.com |
Namun demikian, tanpa disadari kita ternyata telah menjadi
salah satu penyumbang masalah serius terhadap lingkungan yang bisa membahayakan
nasib Bumi di masa depan. Bahkan, hal itu sudah dimulai sehak proses produksi
kertas selampai tersebut. Sebuah brand produk lifestyle berbasis eco-friendly,
Simple Ecology, dala penelitiannya menyebut Industri tisu dan kertas berada di
urutan ke-3 dalam daftar penyumbang emisi gas terakbar dalam skema pemanasan
global. Lantas, seberapa besar potensi bahaya penggunaan tisu terhadap Bumi,
dan bagaimana cara mengurangi dampaknya?
Penggundulan Hutan atau Deforestation
Ketimbang kertas daur ulang, sebagian besar produksi tisu
kabarnya dibuat dari pohon. Dengan semakin banyaknya varian tisu dewasa ini,
itu berarti tingkat penggundulan hutan semakin meningkat. World Wide Fund for
Nature (WWF) Global bahkan mencatat angka deforestasi di Indonesia naik tajam
selama dua dekade terakhir. Bahkan,
peningkatan tersebut didorong untuk produksi minyak kelapa sawit serta bubur
kertas (pupl) yang merupakan bahan baku dari pembuatan tisu.
Mengancam Populasi Spesies Hewan
Tak berhenti di situ, dampak dari penggundulan hutan untuk
produksi juga melahirkan masalah serius lainnya, di mana WWF mencatat proses
tersebut telah menghilangkan lebih dari setengah populasi beragam spesies,
seperti 580 spesies burung dan 200 spesies mamalia, yang dilindungi hutan
Sumatera. Hal ini bahkan tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan seluruh
belahan Bumi.
Wasted Water
Founder sekaligus Chief Executive of World Green
Organization, Dr. William Yu, juga menjabarkan dampak negatif lain dari proses
produksi tisu. Dia mengatakan bahwa setidaknya ada 17 pohon yang ditebang serta
20 ribu gallon air yang digunakan untuk memproduksi satu ton kertas selampai
tersebut. Fatalnya, tercatat bahwa penggunaan tisu di seluruh dunia bisa
mencapai angka di ata satu ton per harinya. Data dari situs Earthbuddies bahkan
menyebut pemakaian per hari kertas selampai di Hong Kong pada tahun 2014 lalu mencapai
angka 668 ton, yang artinya setara dengan menghabiskan 11.300 pohon dan 13 juta
gallon air.
Limbah Berbahaya
Lepas dari persoalan pohon dan air, proses produksi tisu juga
memberikan dampak negatif lain dengan adanya penggunaan bahan kimia berbahaya,
yakni Klorin. Klorin dibutuhkan untuk membuat tisu terasa lebih lembut dan
berwarna putih bersih. Situs Scientific American mengatakan bahwa produksi tisu
di Negeri Paman Sam bahkan mencampurkan 253 ton klorin sebagai bahan bleaching
ke dalamnya. Perlu dicatat bahwa klorin tentu berpotensi mencemari perairan
pasca-produksi.
Emisi Karbon
Tak berakhir di situ, proses produksi kertas selampai juga
memberikan dampak negatif atas persoalan emisi gas yang di dunia. Situs
Scientific American menyebut bahwa bahaya bagi Bumi juga datang dari proses
pembuatan tisu yang sanggup menembus angka penggunaan listrik sebanyak 17,3
Terawatt setiap tahun. Hal ini belum termasuk tambahan emisi yang diciptakan
selama proses packaging serta tranportasi saat pendistribusian dari pabrik ke
retail-retail.
Nah, Guys. Jadi mulai bijaksanalah dalam menggunakan sehelai
tisu, sebab nasib masa depan Bumi beserta isinya ada di tangan kita sendiri.
Pakailah kertas selampai seperlunya, jangan dihambur-hamburkan untuk kegiatan
yang sejatinya tidak berfaedah.
Aku memang sejak lama lebih memilih sapu tangan buat lap bersih, dibawa di dalam tas.
ReplyDeletePenggunaan tsiu sangat minim, semoga bisa belajar bijak gunakan tisu.
Kadang kita anggap hal sepele tapi dampaknya luar biasa. Jujur aku masih pake tisu, tapi sedang berusaha menguranginya
ReplyDeleteOn process... Saya pun sedang membiasakan diri ketergantungan dari tisu dan plastik. Kesulitannya ketika ada acara semacam arisan gitu, masih sulit dibiasakan untuk zero waste dan ramah lingkungan. Kecuali jika acara bersama komunitas yang memang sudah sadar zero waste
ReplyDeleteKudu bijaaakkkkk bgt pakai tisu dan barang2 seperti plastik dll.
ReplyDeleteCinta lingkungan kudu ditunjukkan dgn aksi nyata!!
Harus mulai dari diri sendiri dan lingkungan rumah untuk membiasakan kebiasaan baik ini ya, mba. Bijak menggunakan bahan2 sekali pakai, termasuk tisu.
ReplyDeleteSaya yeah mulai mengganti tisu dengan saputangan, tapi yaitu dia suka lupa bawa #hiks
ReplyDeleteAku malu, even baru membaca judulnya hiks.
ReplyDeleteSaya paling boros pakai tisue dan ditiru ama anak-anak.
Sekarang kelimpungan sendiri mengajari mereka hemat tisue.
Tulisan ini seperti mengingatkan untuk lebih semangat hemat tisuenya :)
wkwkwkwkw lucu baca komen sendiri, tumben banget saya nulis pakai 'aku' ahahahahahah
Delete*Butuh mijon *eh :D
aku termasuk orang yang boros pakai tissue, terima kasih sudah mengingatkan kembali untuk berhemat dalam memakai tissue. Salam kenal mbak
ReplyDeleteSaya dan keluarga termasuk yang tidak ketergantungan dengan tisue. Lebih suka pakai lap yang bisa dicuci lalu dipakai lagi. Kebetulan ada banyak kain-kain yang bisa dimanfaatkan sebagai sapu tangan maupun lap.
ReplyDeleteAlhamdulillah udah bisa lepas dari tissue. Tp kalau pembalut rasanya belum sanggup deh. Ga ngebayangin kalau pake mens cup gitu hihi
ReplyDeleteSaya jg sudah mulai mengurangi penggunaan plastik dan ke depannya tisu, masih sk lupa kalau mau bawa sapu tangan :)
ReplyDeleteSaya sudah mengurangi sampah plastik terbukti dengan membawa Goodiebag jika ke supermarket
ReplyDeleteAku juga sudah mulai mengurangi penggunaan tisu..
ReplyDeleteKmn2 bw saputangan, klo ke toilet sedia handuk
Saya termasuk yang agak gak nyaman pakai tissue emang ada semacam fobia tapi gk parah sih. Cuma gak suka aja ma tissue haha. Jd jarang pakai tissue. Kalau ngelap ya pakai serbet atau kalau di luar rmh misal ke toilet saya pilih bawa handuk kecil.
ReplyDelete