Halo teman-teman! Bagaimana kabarnya? Semoga semuanya dalam keadaan sehat-sehat, ya!
Rasanya masih segar diingatan tentang terjadinya bencana banjir yang melanda 11 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 yang lalu. Banjir besar yang belum pernah dialami oleh warga Kalimantan Selatan, khususnya aku sendiri yang sudah 33 tahun hidup di sini. Aku sempat berpikir, Kalimantan adalah tanah yang diberkati, karena Kalimantan hampir tidak pernah mengalami bencana alam besar dan salah satunya banjir.
Namun, hal tersebut terpatahkan dengan datangnya banjir yang merendam sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sebagai masyarakat yang tidak pernah mengalami bencana besar, otomatis kami kebingungan dan tidak tau harus melakukan apa, karena kami tidak siap akan mitigasi bencana dan terlena akan kenyamanan yang kami dapatkan selama tinggal di Kalimantan Selatan. Kami pun bertanya-tanya, apa gerangan yang terjadi? Apakah Tanah Borneo ini sudah mulai lelah menopang?
Sumber : gelora.co |
Bermunculanlah hastag #prayforkalsel yang kami buat di berbagai media sosial karena pemberitaan yang sangat minim oleh media nasional padahal banjir sudah terjadi selama berhari-hari dan terus meninggi, berharap akan ada teman-teman diluar Kalimantan yang peduli dan membantu kami yang ada di sini. Lebay? Yes, kami terkesan lebay karena sangat shock dengan keadaan yang tidak pernah kami alami sebelumnya. Sekaligus saya juga merasa malu karena selama ini tidak terlalu peduli dengan teman-teman dari daerah lain yang sedang mengalami bencana besar dan sekarang saya mengerti bagaimana rasanya (maafkan).
Penyebab Banjir Kalimantan Selatan
Dikutip dari Wikipedia (id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Kalimantan_Selatan_2021), Banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan pada Bulan Januari 2021 yang lalu merendam beberapa kota besar dan kabupaten yang ada di Kal-Sel, salah satunya adalah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar tempat dimana saya tinggal.
Banjir Kal-Sel diakibatkan oleh adanya anomali cuaca dengan curah hujan tinggi yang memicu meluapnya air sungai sejak 9 Januari 2021, Direktur Wahana Lingkungan hidup Indonesia Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono berpendapat bahwa banjir juga disebabkan oleh degradasi lingkungan akibat ratusan lubang pertambangan yang tidak dilakukan reklamasi dan hampir 50% dari 3,7 juta hektare lahan dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit.
Data Curah hujan di Kalimantan Selatan 14 Januari 2021 menujukkan bahwa intensitas curah hujan saat itu yang paling tinggi. Sumber : BMKG |
Desa Hantakan, Hulu Sungai Tengah, salah satu daerah terparah efek dari terjangan banjir bandang Sumber : nasional.tempo.co |
Desa Hantakan, Hulu Sungai Tengah - Salah satu wilayah terparah banjir Kalsel Sumber : kalsel.antaranews.com |
Ia juga mengatakan perlunya melihat kondisi hulu dan hilir Kalimantan Selatan dan jangan hanya menyalahkan hujan. Kal-Sel sendiri sejak tahun 2005 yang memiliki luas tutupan lahan sebanyak 1,18 juta hektare tersisa menjadi 0,92 juta hektare di tahun 2019. Perubahan guna lahan tersebut, ditambah kalau daerah tersebut ditimpa hujan ekstrim menjadikan wilayah Kal-Sel yang memang secara morfometri dan morfologi sangat rentan terhadap banjir.
Greenpeace Indonesia menduga banjir bandang yang melanda Kalimantan Selatan lantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang 2001-2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Juru bicara Greenpeace Indonesia, Arie Kompas mejelaskan bahwa DAS merupakan wilayah yang seharusnya menampung air hujan di Kalimantan Selatan. Namun karena tutupan hutannya berkurang drastis, kemampuan menampung air menjadi berkurang (sumber : id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Kalimantan_Selatan_2021).
Dampak dan Korban Banjir Kal-Sel 2021
Munurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencara (BNPB) mencatat 112.709 warga mengungsi, dan 27.111 rumah terendam akibat banjir ini. Jalan lintas provinsi terendam sehingga menggangu aktivitas ekonomi, serta beberapa jembatan terputus akibat terjangan banjir. Saya pribadi, merasakan beberapa kerugian dan kesulitan selama terjadinya banjir yang berlangsung kurang lebih 15 hari di Sungai Lulut, Kabupaten Banjar.
Kondisi banjir di perumahan yang mulai sedikit surut |
Kondisi banjir di jalan raya dan rumah yang terendam banjir |
Air banjir di perumahan tempat aku tinggal mencapai setinggi paha orang dewasa, hal tersebut membuat sulit untuk beraktivitas, seperti ke pasar untuk membeli kebutuhan pokok karena jarak yang sangat jauh dan tidak bisa menggunakan sepeda motor. Selain itu, Anjungan Tunai Mandiri (ATM) ikut terendam dan tidak beroperasi sehingga kami tidak bisa melakukan penarikan uang tunai untuk membeli kebutuhan sehari-hari selama banjir. Akses jalan benar-benar hampir lumpuh karena sebagian besar wilayah terendam banjir.
Sampah Yang Menumpuk Pasca Banjir
Setelah beberapa pekan Provinsi Kalimantan Selatam mengalami banjir besar, khususnya di daerah tempat aku tinggal yaitu Kabupaten Banjar yang denkat dengan perbatasan Kota Banjarmasin, masyarakat dihadapkan kembali dengan permasalahan yang baru, yaitu sampah. Selama banjir, banyak sampah yang terbawa dari berbagai tempat dan menumpuk.
kalselpos.com |
Ini mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat akan membuang sampah pada tempatnya masih sangat rendah, bahkan tidak jarang warga yang tinggal di bantaran sungai membuangnya ke sungai begitu saja. Aku sendiri yang sangat menjaga kebersihan serta tidak membuang sampah sembarangan tetap terkena imbasnya, banyak sampah yang menumpuk di sekitar rumah, entah botol shampoo, plastik, bekas bungkus makanan ringan, sampai sampah dengan buntelan yang dibungkus di dalam plastik besar.
Perlu waktu berhari-hari untuk membersihkan lingkungan dari tumpukan sampah yang menggunung, sampai-sampai di semua Tempat Pembuangan Sampah (TPS) penuh dan petugas kebersihan terlihat sangat sibuk dari biasanya untuk membersihkan serta mengangkut ke pembuangan akhir. Guys, please, setidaknya jangan lempar begitu saja sampah yang sudah kamu hasilkan.
***
Perubahan Iklim dan Dampaknya
Perubahan iklim mempunyai dampak bagi bumi, seperti naiknya suhu muka bumi, perubahan musim tanam, perubahan curah hujan dan musim kering, semakin banyak kekeringan dan gelombang panas, es kutub mencair dan membuat kutub bebas es, kenaikan permukaan air laut, kerusakan terumbu karang, dan sebagainya. (sumber : transportologi.org)
Penyebab Perubahan Iklim yang disebabkan oleh Manusia :
- Efek gas rumah kaca
- Pemanasan global
- Kerusakan lapisan ozon
- Kerusakan fungsi hutan
- Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol
- Gas buang industri
- Limbah rumah tangga dan sampah
Mengapa terjadi perubahan iklim? Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara berbagai komponen dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor yang disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya : perubahan penggunaan lahan dan menggunaan bahan bakar fosil yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi gas Karbon dioksida dan gas lainnya ke atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. (sumber : Indonesiabaik.id)
Jika kerusakan lingkungan dan perubahan iklim tidak dapat dikontrol lagi, tidak menutup kemungkinan akan ada banyak bencana yang mengintai kita dan generasi setelah kita di masa yang akan datang. Kita sebagai manusia dapat memperlambat dan mengupayakan agar kerusakan lingkungan tidak semakin buruk. Sebagai anak muda, kita dapat membuat perubahan besar mengenai perubahan iklim ini hanya dengan aksi kecil yang bersama-sama kita buat dan terapkan secara konsisten.
Saatnya Anak Muda Bergerak untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Mitigasi Perubahan Iklim Merupakan suatu usaha untuk mengurangi risiko terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Menurut data, ada tiga negara yang menjadi penyumbang paling banyak gas emisi rumah kaca, yaitu : Amerika, Cina, dan Indonesia. (sumber : wikipedia)
Berkaca dari kejadian banjir terbesar yang pernah kami alami di Kalimantan Selatan pada awal tahun 2021 lalu, tidak menutup kemungkinan anomali ini terjadi bukan semata-mata karena curah hujan yang tinggi, akan tetapi karena banyaknya lahan yang seharusnya menjadi tempat serapan air hujan telah beralih fungsi.
Salah satu pulau yang ada di dalam Waduk Riam Kanan - Tempat ini tidak lepas dari genangan banjir awal tahun 2021 lalu. |
Kehilangan banyak lahan yang harusnya menjadi tempat serapan air hujan tidak hanya dapat menyebabkan terjadinya banjir dan longsor, tapi juga berpengaruh pada pemanasan global. Makin berkurangnya pohon-pohon/hutan di bumi maka dapat memicu naiknya suhu permukaan bumi dan terjadi pemanasan global sehingga memicu terjadinya perubahan iklim.
Banyaknya sampah yang dibuang secara sembarangan juga dapat berdampak pada banjir, karena sampah dapat menyumbat saluran-saluran air, daerah aliran sungai dan mencemarinya sehingga ekosistem sungai ikut terganggu.
Aksi Nyata untuk Berkontribusi Bagi Mitigasi Perubahan Iklim
Sebagai #MudaMudiBumi kita tentunya berupaya untuk dapat menjaga lingkungan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah hingga berimbas pada perubahan iklim dan bencana alam, kan? Kita bisa kok memberikan kontribusi dan aksi nyata bagi mitigasi perubahan iklim ini, bisa dimulai dari aksi kecil yang dilakukan secara konsisten dan bersama-sama.
Aku senang travelling, berpergian kemana-mana, terlebih ke tempat yang menyajikan keindahan alam seperti pegunungan, pantai, dan tempat-tempat serupa untuk menyegarkan pikiran (healing therapy), terus menanamkan kepada diri bahwa aku tidak boleh membuang sampah sembarangan di tempat tersebut. Jika aku membawa makanan yang menggunakan kemasan sekali pakai, seperti snack atau minuman botol, sampahnya harus aku bawa pulang kembali dan di buang di tempat pembuangan sampah yang benar/semestinya.
Travelling Ke Danau Riam Kanan dan Perbukitan di Pelaihari (Kal-Sel) |
Sehingga keindahan tempat yang biasa aku kunjungi tetap terjaga dan tidak tercemar. Jika semua orang yang berkunjung melakukan hal yang sama, tempat wisata dimanapun akan bebas dari yang namanya sampah yang dapat merusak lingkungan dan keindahan. Makanya, yuk disiplinkan diri sendiri dengan tidak membuang sampah sembarangan agar lingkungan tetap terjaga dan bersih, ini semua aku lakukan #UntukmuBumiku.
Oh iya, aku juga punya Sumpah Pemuda versi aku untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim ini, isinya : "Aku bersumpah, tidak akan buang sampah sembarangan saat travelling kemanapun dan selalu menjaga kebersihan lingkungan".
Masih banyak kok, aksi kecil sederhana yang dapat kita lakukan untuk ikut berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim ini, contohnya :
- Menggunakan transportasi umum saat bepergian (bukan kendaraan pribadi),
- Hemat dalam penggunaan listrik dan air,
- Mengurangi penggunaan plastik,
- Hindari membakar sampah, buang sampah pada tempatnya, dan pilah sampah sesuai jenisnya,
- Mengurangi penggunaan gas aerosol, seperti : deodorant spray, pengharum ruangan, dan obat anti serangga,
- Mulailah menanam pohon di pekarangan rumah.
Prihatin dengan banjir Kalsel tahun lalu semoga kita makin sadar pentingnya menjaga lingkungan hidup
ReplyDeleteBetul, Kak. Banjir Kalsel juga merupakan sebuah peringatan bagi masyarakatnya bahwa Tanah Borneo ini sedang tidak baik-baik saja.
Delete