Akses Pangan Terhambat, Lahan Tidur di Perkotaan Disulap Menjadi Lahan Pertanian
Pangan merupakan hal penting yang setiap saat harus dipenuhi karena pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Masalah akses pangan sering kali dihadapi oleh pemerintah dan harus ditanggulangi dengan segera karena jika kebutuhan pangan tinggi sementara suplainya kurang akan mempengaruhi ketahanan pangan dan kestabilan ekonomi pada suatu daerah.
Seni Tani/Foto: linkedin.com/company/seni-tani |
Hal serupa terjadi di Kota Bandung, Jawa Barat yang sempat mengalami akses pangan terhambat sehingga distribusi kebutuhan pokok menjadi tidak merata yang jika dibiarkan akan membuat ketidakstabilan ekonomi di Kota Bandung. Kejadian ini tidak membuat masyarakat semata-mata hanya menunggu inisiatif dari pemerintah untuk mengatasinya, Vania Febriyantie seorang penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 dengan ide Seni Tani mampu membantu masyarakat lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menjaga ketahanan pangan
Vania Memanfaatkan Lahan Tidur Menjadi Lahan Pertanian
Seni Tani/Foto: linkedin.com/company/seni-tani |
Vania yang merupakan Sarjana Biologi ini memanfaatkan lahan tidur perkotaan, yaitu di bawah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) untuk diubah menjadi lahan pertanian. Lahan tersebut terbengkalai dan tidak terurus. Selain itu, banyaknya lahan yang dialihfungsikan menjadi perumahan membuat ia merasa prihatin hingga akhirnya membuat Vania dan teman-teman ingin segera mewujudkan ide cemerlang tersebut.
Menerapkan Sistem Community Supported Agriculture
Konsep dari Community Supported Agriculture atau CSA yaitu para petani mendapatkan dukungan (investasi) dari sekelompok konsumen, sementara keuntungan dan resiko dari usaha yang dijalankan ditanggung bersama-sama dengan pihak konsumen.
Meskipun begitu, CSA memiliki target menghasilkan produk yang berkualitas tinggi untuk masyarakat lokal sehingga petani harus terampil dalam berbudidaya agar resiko dapat diminimalisir dan konsumen juga dapat mengetahui bagaimana hasil tani yang dibudidayakan (win-win solution).
CSA juga menjawab kesulitan para petani pada umumnya, yaitu kesulitan untuk mendapatkan modal saat ingin menanam dan kesulitan untuk menjual hasil panen. Dengan sistem CSA, petani tidak perlu lagi kekurangan modal untuk menanam dan menjual hasil panennya karena mereka sudah memiliki pangsa pasar yg bersifat keanggotaan.
Vania mengungkapkan setiap seminggu sekali hasil tani dikirimkan kepada mereka (anggota). Para anggota pun tidak perlu khawatir akan kekurangan pasokan pangan karena mereka sudah berlangganan pada Komunitas Seni Tani ini. Konsep seperti ini lah yang dianggap wanita lulusan Universitas Pendidikan Indonesia ini tepat untuk diterapkan karena ia belajar dari salah satu gurunya, yaitu Pastor Ferry Sutrisna Widjaja dan kemudian ia mendalaminya sendiri, Vania menganggap CSA merupakan konsep yang adil untuk para petani dan memiliki pangsa pasar yang tersegmentasi.
Ide Cemerlang yang Mampu Menyerap Tenaga Kerja
Pada awalnya Vania tergerak untuk menggunakan lahan tidur sebagai lahan pertanian akibat dari pasokan pangan ke Kota Bandung terhambat, apalagi lebih dari 50 persen sumber pangan di Kota Bandung berasal dari daerah lain. Namun, dampak positif yang diberikan dari Seni Tani ini tidak cukup sampai di situ saja, ada beberapa manfaat lain yang dirasakan oleh warga lokal karena ide dari wanita 29 tahun ini, yaitu menyerap tenaga kerja di lingkungan masyarakat lokal.
Seni Tani/Foto: linkedin.com/company/seni-tani |
Meningkatnya jumlah pengangguran saat pandemi mengakibatkan tingkat depresi di Kota Bandung juga meningkat, Vania mengaku prihatin dengan kondisi tersebut sehingga Vania terdorong untuk mempekerjakan para pemuda untuk ikut menggerakan Seni Tani. Vania memberikan pelatihan tentang pertanian urban kepada petani muda, diberikan penjelasan tentang pendapatan dengan sistem CSA, dan kemudian diberdayakan.
Vania juga membuat solusi untuk memperoleh pendapatan lain selain dari sistem CSA, yaitu dengan mengadakan lokakarya daring. Hal ini dapat mematahkan stigma bahwa yang bertani hanya orang-orang yang sudah tua, padahal sektor pertanian sangat membutuhkan anak milenial dengan pemikiran yang luar biasa seperti Vania.
Penuh Perjuangan dalam Mewujudkannya
Inisiatif yang diusung oleh wanita lulusan Sarjana Biologi ini ternyata tidak semerta-merta sukses, Vania mengungkapkan ia dan teman-temannya mengalami kesulitan saat meminta izin kepada pihak terkait (pemerintah), salah satunya saat Vania dan teman-teman ingin mulai menggarap lahan pertanian di lahan tidur tersebut sempat terjadi perdebatan dengan ketua RT hingga kelurahan.
Hal tersebut dianggap Vania bagian yang menantang, tetapi akhirnya usaha yang ia lakukan tidak sia-sia, Seni Tani mendapatkan dukungan dari ketua RT hingga kelurahan.
Menjadi Penerima Apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021
Ternyata, Seni Tani tidak hanya membantu masyarakat lokal dalam menstabilkan ketahanan pangan dan menyerap tenaga kerja, tetapi juga mampu membawa Vania meraih prestasi pada Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021 oleh Astra. Di antara 11 orang penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021, Vania menjadi salah satunya dengan kategori Perjuangan Tanpa Pamrih Di Masa Pandemi COVID-19.
Konsep Community Supported Agriculture yang diterapkan oleh Vania pada Seni Tani dianggap solutif karena dapat mengatasi masalah modal untuk menanam dan menjual hasil panen para petani.
Ia tidak menyangka bahwa ia memperoleh apresiasi tersebut, hal ini membuatnya merasa bangga atas pencapaiannya. Sebagai salah satu penerima SATU Indonesia Awards 2021, Vania bertekad ingin terus mengembangkan urban farming-nya.
Referensi:
https://www.liputan6.com/regional/read/4735178/kiprah-mojang-bandung-membangun-ketahanan-pangan-lokal-dan-bantu-warga-terdampak-pandemi
https://wartaekonomi.co.id/read384060/senyum-semringah-petani-milenial-perkotaan-hadapi-tekanan-pandemi
https://www.idntimes.com/news/indonesia/ahmad-fikri-adzhani/perjuangan-vania-kembangkan-seni-tani-sempat-dipandang-sebelah-mata?page=all